Rabu, 27 Mei 2009

Perencanaan Dana Pendidikan

Suatu hari, di dalam patas AC menuju bilangan Sudirman, terlihat pasutri muda yang terlibat ‘perbincangan hangat’. Mereka adu argumentasi tentang rencana persiapan dana pendidikan anak. Si istri yang konservatif dan ingin semuanya serba aman, menentang paparan suami tentang rencana dana pendidikan menggunakan instrumen investasi yang agresif.

Ada point logika si istri yang sangat masuk akal. Saat ini investasi keuangan belum bisa dipegang. Arahnya masih belum jelas. Sejak medio 2007 dunia menyaksikan bersama betapa perhitungan nilai ekonomis di atas kertas sangat rapuh. Dan sekalinya rontok, seluruh industri keuangan pun terguncang. Selain itu, penegakan peraturan pasar keuangan juga tidak seindah yang dijanjikan. Contoh terakhir di tanah air adalah kasus penyalahgunaan dana nasabah Sarijaya Sekuritas. Sehingga menurutnya, simpanan bentuk tabungan & deposito adalah pilihan terbaik. Bahkan kalo perlu, ambil asuransi pendidikan sekalian.

Si suami setengah mati berupaya meyakinkan istrinya, kalo hanya mengandalkan simpanan biasa, dana yang harus disisihkan cukup besar. Padahal jika ditambahkan instrumen lain seperti reksadana misalnya, ada potensi efisiensi penyisihan dana mengingat jangka waktu investasi yang terbilang panjang.

Berikut adalah hasil coret-coretan rencana dana pendidikan SMA, dengan asumsi usia anak 0 tahun:

Jenjang Sekolah

Komposisi Instrumen

Sekolah Negeri

Sekolah Swasta

SMA

Deposito

149,185.23

248,642.04

Depo & RD

119,077.43

198,462.39

Depo, RD & Saham

96,415.68

160,692.80

Dari tabel di atas, terlihat bahwa dengan persiapan dana pendidikan melalui reksadana (dan) saham memungkinkan penghematan hingga 30%!

Dia lebih lanjut menceritakan tentang pengelolaan resiko. Salah satunya adalah dengan membagi dana pendidikan jadi dua tenor. Dana untuk TK dan SD dianggap jangka pendek, sehingga dipilih instrumen yang aman, tabungan dan deposito. Sedangkan untuk pendidikan menengah ke atas, sebagian dana bisa disisihkan untuk instrumen yang lebih beresiko, tentunya dengan mengharap imbal hasil yang lebih tinggi. Di samping itu, dengan menyeimbangkan portfolio dari waktu ke waktu, dana kelolaan selalu dapat disesuaikan dengan profil resiko yang disukai.

Setelah mendengar penjelasan terakhir tersebut, si istri terlihat cukup dapat menerimanya. Tapi hanya setelah si suami berjanji untuk menaruh seluruh jatah tabungan dana pendidikan di deposito, hingga keadaan ekonomi membaik!

Tidak ada komentar: